M A K A L A
H
KOMODITI
KELAPA SAWIT
DI
SUSUN
OLEH
v WAHYUDDIN
v STB :
2011,11,007
v FAK :
PERTANIAN
v PRODY :
AGROTEKNOLOGI
v UNIVERSITAS
ANDI DJEMMA PALPO
KATA PENGANTAR.
Puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ³Perkembangan
komoditi kelapa sawit dan sistem budidayanya di luwu utara´ ini tepat
padawaktunya. Dimana makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Budidaya Tanaman Tahunan.Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih untuk semua bimbingan, arahan, dukungan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat selesai.Kami menyadari bahwa
penulisan makalah mengenai ini masih sangat
sederhana dan masih belumsempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifatmembangun demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih, semoga penulisan makalahmengenai ³perkembangan
komoditi kelapa sawit dan sistem budidayanya di luwu utara´ ini dapat bermanfaat
dan diterima dangan baik.
v A
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Tanaman kelapa sawit
(Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan tanaman penghasil
utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan
tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Kelapa sawit pertama kali
diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Saat itu
ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical
Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus
Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman kelapa sawit dibudidayakan
sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial
baru dimulai pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet
(orang Belgia ), kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai
bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa
pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan
perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada
sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada
tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton
minyak sawit.
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia,
pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan).
Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di
setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh
Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer.
Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan
dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan
posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh
Malaysia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam
rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru
untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan
produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan
kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini
didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti
Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).
Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia.
Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor
minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan
Jerman, sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke
Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.
BAB II
PEMBAHASAN
- PERKEMBANGAN KOMODITI KELAPA SAWIT DI LUWU UTARA
Mengawali rencana
pembangunan pabrik kelapa sawit di Kabupaten Luwu Utara, PT. JAS MULIA
menggelar ekspose yang difasilitasi oleh BPPTSPM Luwu Utara dengan mengundang
stakeholders terkait antara lain DPRD Luwu Utara, SKPD terkait, BPN,
Camat, Kepala Desa, APKASINDO Luwu Utara dan Tokoh Masyarakat pada tanggal 19
April 2013 di Aula Bappeda Luwu Utara yang dibuka secara langsung oleh Bupati
Luwu Utara.
Nilai Investasi yang akan
ditanamkan oleh PT. JAS MULIA untuk rencana pembangunan pabrik kelapa sawit
ini sebesar Rp. 100 Milyar meliputi anggaran bangunan inti, bangunan
pendukung, bangunan fasilitas karyawan, anggaran penelitian/studi kelayakan,
biaya masa pra operasi serta biaya masa uji coba dengan Kapasitas Produksi
yang direncanakan sebesar 30 ton tbs/jam. Rencana masa prakegiatan + 6
s.d. 12 Bulan; Pembangunan Kompleks Bangunan Inti, Bangunan Pendukung dan
Bangunan Fasilitas Karyawan + 12 s.d 14 Bulan dengan Estimasi
luasan lahan + 10 Ha.
Pada prinsipnya Pemerintah
Kabupaten Luwu Utara menyambut baik keinginan PT. JAS MULIA untuk berinvestasi
di Luwu Utara, sehingga kehadiran PT. JAS MULIA dapat menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh petani kelapa sawit diantaranya biaya produksi
yang meningkat akibat jarak yang jauh dengan pabrik yang ada serta harga yang
tidak sesuai dengan harapan petani.
Sistem pengembangan perkebunan
Kelapa Sawit yang akan dilaksanakan oleh PT. JAS MULIA di Kabupaten Luwu Utara
adalah pembangunan pabrik minyak sawit dengan memanfaatkan dana sendiri maupun
program pemerintah.
Pemerintah Daerah
mengharapkan keseriusan PT. JAS MULIA dalam merealisasikan rencana pembangunan
pabrik tersebut dan akan memberikan kemudahan dalam barbagai hal sesuai
peraturan perundangan yang berlaku demi kepentingan masyarakat.
BAB III
- MANFAAT DAN KEGUNAAN TANAMAN KELAPA SAWIT
Bagian yang
paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat
diolah menjadi bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan
ternak dan difermentasikan menjadi kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan
untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai bahan baku pembuatan pulp dan pelarut
organik, dan tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan
pembuatan arang aktif.
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan
lain-lain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa
sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya
produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga
merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak
nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini
akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
konsimsi per kapita.
- PERAN KELAPA SAWIT DALAM PERKENOMIAN DI INDONESIA
Dalam perekonomian
Indonesia, kelapa sawit (dalam hal ini minyaknya) mempunyai peran yang cukup
strategis, karena : (1) Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng,
sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng
tersebut. Ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan
pokok kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh
lapisan masarakat. (2) Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor
non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam
perolehan devisa maupun pajak. (3) Dalam proses produksi maupun pengolahan juga
mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Sampai pertengahan tahun 1970 an minyak kelapa merupakan pemasok utama
dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri. Baik minyak goreng maupun industri
pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit.
Produksi kelapa yang cenderung menurun selam 20 tahun terakhir ini menyebabkan
pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun
1970. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat sehingga
kedudukan minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri
minyak goreng. Dari segi perolehan devisa, selama beberapa tahun terkhir ini
kondisinya kurang baik. Volume ekspor selama dekade terakhir ini memang selalu
meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak selalu diikuti oleh peningkatan
dalam nilainya. Hal ini terjdi karena adanya fluktuasi harga di pasaran Internasional.
- CIRI-CIRI FISIOLOGI KELAPA SAWIT
a)
Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan
pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman
salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
b)
Batang
Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun.
Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi
mirip dengan tanaman kelapa.
c) Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu
juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
d)
Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki
bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan
mekar.
e)
Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari
tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
v B
BAB IV
- SISTEM BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
- Persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15
°LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 1-500 m dpl.
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan
1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk
membantu proses penyerbukan. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik
Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa
sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan
memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi
pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.
2. Penyediaan
benih
1) Diperoleh Sumber Benih Kelapa Sawit
Sumber benih yang baik dapat diperoleh dari balai-balai penelitian kelapa
sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan
Medan (RISPA). Dalam penyediaan benih kelapa sawit, balai-balai penelitian
tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe
Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih.
2) Penyediaan benih sendiri
Untuk memperoleh buah / benih yang baik, penyerbukan yang terjadi pada
bunga betina dari pohon induk harus dilakukan secara terkontrol. Untuk maksud
tersebut, penyerbukan harus dilaksanakan secara buatan. Dalam penyerbukan
secara buatan, pohon induk untuk bunga betina yang digunakan adalah tipe Dura
atau Delidura terpilih seperti terdapat di Marihat research Station, sedangkan
sebagai pohon induk bunga jantan digunakan tipe Pisifera yang juga tersedia di
Marihat Research Station. Penyerbukan buatan diawali dengan penyediaan serbuk
sari. Beberapa saat sebelum bunga matang, bunga jantan dari pohon induk
terpilih dibungkus dengan kantung plastik transparan. Setelah bunga jantan
tersebut matang, lalu dipotong dan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan dari
tandannya, kemudian diangin-anginkan. Serbuk sari ini dimasukkan ke dalam tube
dengan mencampurkan 0,25 gram serbuk sari dengan 1 gram talk. Tube yang telah
berisi serbuk sari dimasukkan ke dalam sebuah botol kemudian divakumkan. Sambil
menunggu saat penggunaannya botol serbuk sari harus disimpan di dalam almari
pendingin (freezer). Pada pohon induk untuk bunga betina terpilih, tandan bunga
betina ditutup dengan kantung plastik transparan dan diberi label. Amati bunga
sampai mencapai tingkat matang reseptif. Ciri-ciri bunga betina yang telah
matang adalah : warna kepala putik menjadi kemerah-merahan dan telah terbuka
dan berlendir. Setelah bunga betina reseptif, serbukilah dengan serbuk sari
yang telah disiapkan. Satu tube campuran serbuk sari (0,25 gram serbuk sari + 1
gram talk) cukup untuk menyerbuki satu tandan bunga betina. Bunga betina yang
telah diserbuki diberi label dan ditutup dengan plastik transparan. Empat hari
kemudian penutup dibuka dan tandan bunga betina dibiarkan untuk pertumbuhannya
lebih lanjut. Setelah 6 bulan, tandan buah umumnya telah masak. Panen buah dan
benih dilakukan bila pada satu tandan telah terdapat paling sedikit satu buah
telah lepas dari tandannya.
2. Pengecambahan benih kelapa sawit
1) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
2) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air.
Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
3) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji.
Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3
menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam.
Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban
60-70% sebelum dikecambahkan.
4) Untuk mengecambahkan benih, dilakukan perendaman terlebih dahulu. Benih
direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus
diganti dengan air yang baru.
5) Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat
teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar
air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17 %.
6) Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65
cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup
rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong
plastik tersebut dalam peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam
ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.
7) Benih diperiksa setiap 3 hari sekali ( 2 kali per minggu ) dengan
membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan hand mist
sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21 – 22 %
untuk benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera.
8) Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang
pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus
diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan
tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari kemudian sebagian besar benih telah
berkecambah dan siap dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun
nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya
tidak digunakan untuk bibit.
3. Pembibitan
Kelapa Sawit
Lokasi/areal untuk pelaksanaan pembibitan dengan pesyaratan : harus datar
dan rata, dekat dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di
tengah-tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan
harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan
instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi
dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan harus
sesuai dengan kebutuhan.
Terdapat dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan
(b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui
dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan
utama(nursery)selama 9 bulan.
a) Cara langsung
Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara
pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.
(b) Cara tak langsung
Cara tak langsung dilakukan dengan 2 tahap (double stages system), yaitu
melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan persemaian
bibit(nursery)selama 9 bulan.
Tahap pendederan (prenursery)
Benih yang sudah berkecambah di deder dalam polybag kecil, kemudia
diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan
secukupnya.
Ukuran polybag yng digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm (lay flat).
Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap
polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.
Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan
dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian
bibit (nursery).
Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak
becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban
yang dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha
memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap
kerusakan karena siraman.
Pesemaian bibit (nursery)
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar,
berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi
lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.
Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per
polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum
dipindahkan) dipesemaian bibit.
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada
permukaan tanah polybag besar dan tanahsekitar bibit dipadatkan agar bibit
berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang
telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama
sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm.
4. Kegiatan
pemeliharaan bibit Kelapa Sawit di pembibitan
1) Penyiraman; kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali
dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar
9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.
2) Pemupukan; untuk pemupukan dapat digunakan berupa pupuk tunggal atau
pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.
3) Seleksi bibit; seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama
dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua
dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir
dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke
lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang,
dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit terkulai, c) anak
daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak daun tidak sempurna.
5.Penanaman
Kelapa Sawit
1) Persiapan lahan
Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan : bekas hutan
(bukaan baru, new planting), bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi),
bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting).
Pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri
dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan
kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu
mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c)
merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah
ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan
tanah secara mekanis.
Pembukaan lahan secara mekanis pada tanah bukaan ulangan terdiri dari
pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan
traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang
sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan
Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang;
c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang
pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering lalu dibakar;
d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan
serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat
berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan
Ganoderma).
2) Pengajiran ( memancang)
Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa
sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya,
sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan
kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m
x 9 m x 9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan
tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi
(kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.
3) Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang
x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah
atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.
4) Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang
tanam yang sudah dibuat.
- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar
kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan
secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250
gram per lubang.
- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari
bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan
memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan
dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah
polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan
demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.
6. Pemeliharaan
tanaman kelapa sawit
a. Penyulaman
- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang
baik.
- Saat menyulam yang baik adalah pada musim hujan.
- Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu bibit
berumur 10 – 14 bulan.
- Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3 – 5 % setiap hektarnya.
- Cara melaksanakan penyulaman sama dengan cara menanam bibit.
b. Penanaman tanaman penutup tanah
- Tanaman penutup tanah (tanaman kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada
areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat
fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban
tanah, menekan pertumbuhan gulma.
- Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah
persiapan lahan selesai.
- Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalh
Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica.
- Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya
satu jenis).
c. Membentuk piringan (bokoran, circle weeding)
- Piringan di sekitar pokok (pohon kelapa sawit) harus tetap bersih. Oleh
karena itu tanah di sekitar pokok dengan jari-jari 1 – 2 meter dari pokok harus
selalu bersih dan gulma yang tumbuh harus dibabat, disemprot dengan herbisida.
d. Pemupukan
- Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl,
Kiserit dan Borax).
- Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting,
karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman
kelapa sawit.
- Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian
untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
- Untuk tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis
daun.
- Dosis pemupukan tergantung pada umur tanaman.
- Contoh dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah
sebagai berikut :
Urea : 2,0 – 2,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
KCl : 2,5 – 3,0 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Kiserit : 1,0 – 1,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
TSP : 0,75 – 1,0 kg/ph/th → diberikan 1 x aplikasi
Borax : 0,05 – 0,1 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0 – 3 tahun, dosis
pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut :
Urea : 0,40 – 0,60 kg
TSP : 0,25 – 0,30 kg
KCl : 0,20 – 0,50 kg
Kiserit : 0,10 – 0,20 kg
Borax : 0,02 – 0,05 kg
- Pada tanaman belum menghasilkan pupuk N,P,K,Mg,B ditaburkan merata dalam
piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun.
- Pada tanaman yang sudah menghasilkan: pupuk N ditaburkan merata mulai
jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P,K dan Mg harus ditaburkan
merata pada jarak 1 – 3 meter dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak
30 – 50 cm dari pokok.
- Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan
(September – Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan paada akhir musim hujan
(Maret – April) untuk pemupukan yang kedua.
e. Pemangkasan daun
Maksud pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah
daun yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan panenan. Memangkas daun
dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat pertumbuhan tanaman.
Macam-macam pemangkasan :
- Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang
berumur 16 – 20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan
buah-buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata
lebar dan tajam yang disebut dodos.
- Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20 – 28
bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen.
Daun yang dipangkas dalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk
satu sama lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos
seperti pada pemangkasan pasir.
- Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah
tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap
saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada
pemangkasan ini harus sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam
pelaksanaan panenan.
7. Hama dan
Penyakit Kelapa Sawit
Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala:
daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau
Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun
dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan
Pestona.
Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar.
Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati,
terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik,
pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11
bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval
berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan
pengunaan Natural GLIO semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah
mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian:
adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida
alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar
penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan
tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan
herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat
Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .
8. Panen
Tanaman kelapa sawit mulai
berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan proses pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan
setelah terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman
telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon
kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah
matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang
beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan
yang beratnya 10 kg atau lebih.
B. Teknik Budidaya
Tanaman Kelapa Sawit
1.
Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang
dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik
atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan
penerapan teknologi.
a. Iklim
- Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah
yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun
yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam
kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan
laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut,
pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah.
- Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat
iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan
yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari.
- Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit.
Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara
25-27 0C, yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik
jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang
diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang
tahun.
b. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada
karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan.
Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol,
podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis.
Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal,
yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
- Sifat fisis tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit
miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan
tanah.
Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup
dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang
cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan
batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara
tipe-tipe tanah memang relatif sulit.
- Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH
optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada
daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut
mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan
organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.
2. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman merupakan hal yang sangat penting
dalam usaha budidaya tanaman karena menentukan masa perkembangan dan
pertumbuhan tanaman. Perawatan tidak hanya ditujukan pada tanamannya, tetapi
juga pada media tanah pada lahan pertanaman tersebut. Perawatan tanaman kelapa
sawit meliputi penyulaman, pembuatan piringan, penanaman tanaman sela,
pengendalian gulma, pemangkasan, pemupukan, dan penyerbukan buatan
DAFTAR PUSTAKA
http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122285-panen-kelapa-sawit/.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2012.
http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2012/01/manajemen-panen-kelapa-sawit-tujuan.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://sawitgembala.blogspot.com/2010/08/kegiatan-panen-buah-segar-kelapa-sawit.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagai-hasil-olahan-dari-kelapa-sawit/.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/09/kelapa-sawit-butur-untuk-kepentingan.html.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
Tim Bina Karya Tani.
2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya. Bandun
0 komentar:
Posting Komentar