RINGKASAN
BAHASA INDONESIA
NAMA : FITRA
T
NIM ..... :
2013159
JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
PALOPO
2013
BAB I
PENGGUNAAN DAN
TATA TULIS EJAAN
PELAFALAN,
PENULISAN HURUF, DAN KATA
1. Pelafalan...................................................................................
2. Pemakaian Huruf
3.Pemisahan Suku Kata ................................................................
4.Penulisan
Huruf..........................................................................
BAB II
PENGGUNAAN DAN
TATA TULIS EJAAN.......................
(PENULISAN UNSUR
SERAPAN,SINGKATAN, DAN TANDA BACA)
1.Penulisan
Unsur Serapan............................................................
2.Penulisan
Singkatan dan Akronim..............................................
3.Pemakaian Tanda Baca...............................................................
BAB III
PEMILIHAN DAN
PENGGUNAAN KATA
1. Kaidah Makna
BAB IV
PEMBENTUKAN DAN
PERLUASAN KALIMAT
1.Pengertian
Kalimat
2.Bagian-bagian Kalimat...............................................................
3.Kalimat
Tunggal.........................................................................
4.Kalimat Majemuk Setara............................................................
5Kalimat
Majemuk Bertingkat......................................................
BAB V
KALIMAT EFEKTIF
1.Kepaduan
Bagian Kalimat..........................................................
2. Kelogisan...................................................................................
3.Pemusatan Perhatian...................................................................
4.Kehematan
Penggunaan Kata.....................................................
BAB VI
PEMBENTUKAN
PARAGRAF
1. Pengertian Paragraf...................................................................
2. Tujuan Pembentukan Paragraf..................................................
3. Jenis-jenis Paragraf....................................................................
4.Tanda
Paragraf............................................................................
5.Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas.........................................
6.Keterkaitan kalimat.....................................................................
7. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf........................................
BAB VII
TEKNIK
PENGEMBANGAN PARAGRAF
1.Cara Penempatan Pikiran Utama................................................
2.Pengurutan
Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas......................
3.Pengembangan
Paragraf.............................................................
BAB VIII
PENGENALAN KARYA
ILMIAH
1. Fakta dan Penilaian
2. Evidensi dan Penilaian
BAB IX
KOMPOSISI
KARYA ILMIAH (SKRIPSI)
1. Bagian Isi/ Inti Skripsi...............................................................
2.Bagian
Pelengkap Penutup.........................................................
BAB X
PERENCANAAN
KARYA TULIS ILMIAH
(PERUMUSAN TOPIK
DAN JUDUL)
1. Topik Karangan.........................................................................
2.Judul Karangan...........................................................................
BAB XI
PERENCANAAN
KARYA TULIS ILMIAH
(LATAR BELAKANG,
IDENTIFIKASI, BATASAN, DAN
PERUMUSAN
MASALAH, TUJUAN DAN METODE
PENULISA)
1. Latar Belakang Masalah..........................................................
2. Identifikasi Masalah................................................................
3.Batasan Masalah.........................................................................
4. Rumusan Masalah.....................................................................
5.Tujuan
Penulisan.........................................................................
6.Metode Penilaian........................................................................
BAB XII
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Sumber Bahan Penulisan...........................................................
2.
Menetapkan Landasan Teori......................................................
3.
Membuat Hipotesis....................................................................
BAB XIII
PENGUTIPAN DAN
CATATAN KAK
1.Jenis
Kutipan..............................................................................
atatan Kaki ....................................................................................
BAB XIV
RUJUKAN DAN
DAFTAR PUSTAKA
1.Rujukan ....................................................................................
2. Cara penyajian Rujukan............................................................
3.Daftar Pustaka............................................................................
BAB
I
PENGGUNAAN
DAN TATA TULIS EJAAN
PELAFALAN,
PENULISAN HURUF, DAN KATA
1. Pelafalan
Salah
satu hal yang di atur dalam ejaan cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia . Pada akhir – akhir ini sering kita dengar orang melafalkan
bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang di maksud ialah ketidak
teraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat
terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang
melambangkan huruf-tersebut.
2. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia yang disem,purnakan menggunakan 26
huruf di dalam abjadnya, yaitu mulai dari huruf /a/ sampai dengan huruf /z/.
Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan
huruf sarapan dan sekarang huruf tersebut di pakai secara resmi di dalam bahasa
Indonesia.
3. Pemisahan
Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah
vocal. Huruf vocal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Penulisan
harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam ejaan yang
disempurnakan seperti berikut ini.
1. Apabila
di tengah kata terdapat dua vocal berurutan, pemisahan dilakukan di antara
kedua vocal tersebut.
2. Apabila
ditengah kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara
kedua konsonan tersebut.
3. Apabila
ditengah kata terdapat konsonan di antara dua vocal, pemisahan di lakukan
sebelum konsonan.
4. Apabila
ditengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahan dilakukan di antara
konsonan pertama dan konsonan kedua.
5. Imbuhan,
termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya di tulis
serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan satu kesatuan.
6. Pada
akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan pada huruf yang berdiri sendiri,
baik vocal maupun konsonan.
7. Tanda
pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan dibawah huruf dan juga
tidak boleh berjauhan dengan huruf tetapi diletakkan disamping kanan huruf.
4. Penulisan
Huruf
Ada dua hal yang diatur dalam
penulisan huruf di dalam ejaan yang disempurnakan, yaitu tersebut
akan dijelaskan pada uraian berikut.
4.1 Kaidah
Penulisan Huruf Kapital
Kaidah
penulisan huruf capital yang menunjukkan hubungan kekerabatan yang digunakan
sebagai kata ganti sapaan. Kata-kata penunjuk kekerabatan sebagai sapaan huruf
awalnya ditulis dengan huruf capital.
4.2 Penulisan
Huruf Miring
Penulisan huruf miring
hanya dapat dipakai pada tulisan (karangan) yang menggunakan mesin cetak atau
mesin tulis yang memiliki huruf miring.
5. Penulisan
Kata
Kaidah penulisan kata yang diatur
dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnalkan berjumlah
22 kaidah. Oleh sebab itu, pengguna bahasa perlu diberikan penjelasan
secukupnya mengenai cara penulisan kata.
5.1 Penulisan
Kata Turunan
5.2 Penulisan
Kata Ulang
5.3 Gabungan
Kata
5.4 Kata
Ganti ku, kau, mu, dan nya
5.5 Kata
Depan di, ke, dan dari
5.6 Partikel
lah, kah, tah, pun, dan per
5.7 Pemakaian
Angka Bilangan
Kesalahan yang sering
muncul dalam pemakaian ejaan adalah pemakaian bilangan tingkat. Kadang-kadang pengguna
bahasa tidak dapat membedakan cara menggunakan angka romawi dengan angka biasa
(angka arab). Kalau kita menggunakan angka romawi, penulisannya tidak
menggunakan awalan ke-. Cara lain yang dapat digunakan, yaitu semua
bilangan tingkat itu ditulis dengan huruf (kata).
BAB
II
PENGGUNAAN
DAN TATA TULIS EJAAN
(PENULISAN
UNSUR SERAPAN,SINGKATAN, DAN TANDA BACA)
1. Penulisan
Unsur Serapan
Berikut ini akan dijelaskan secara
singkat hal-hal yang berhubungan dengan kaidah penyerapan.
1.1 Penyerapan
secara Alamiah
1.2 Penyerapan
seperti Bentuk Asal
1.3 Penyerapan
dengan Terjemahan
1.4 Penyerapan
dengan Perubahan
1.5 Penyerapan
Akhiran Asing
2. Penulisan
Singkatan dan Akronim
Singkatan dan Akronim merupakan
hasil proses pelepasan atau penanggalan bagian kata atau bagian-bagian dari
gabungan kata sehingga menjadi sebuah bentuk singkat yang maknanya sama dengan
bentuk utuhnya. Perbedaan kedua hasil proses pelepasan atau penanggalan ini
dapat kita lihat pada uraian di bawah.
2.1 Singkatan
Adalah proses pemendekan
yang dil;akukan dengan pengekalan sebuah atau beberapa huruf yang tidak
membentuk kata. Adapun jenis penulisannya diatur dalam sejumlah kaidah, yaitu :
1)
Singkatan nama diri,
2)
Singkatan kata-kata umum yang terdiri
atas tiga huruf,
3)
Singkatan kata-kata umum yang terdiri
atas dua huruf,
4) Singkatan nama orang, gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat ditulis dengan huruf capital pada awal singkatan tersebut
dan diikuti tanda titik.
5) Singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, satuan mata uang, dan lambang kimia tidak menggunakan tanda titik.
2.2 Akronim
Merupakan hasil proses
pemendekan yang membentuk kata sehingga dilafalkan seperti kata. Kaidah
penulisan akronim juga diatur dalam sejumlah kaidah, yaitu :
1) Akronim
nama diri yang berupa gabungan antara awal kata dengan awal kata dari deret
kata semuanya ditulis dengan menggunakan huruf capital dan tidak diikuti tanda
titik.
2) Akronim
nama diri yang berupa gabungan antara suku kata dengan suku kata atau antara
awal kata dengan suku kata dari deret kata yang diawali dengan huruf capital
dan tidak diikuti tanda titik.
3) Akronim
yang bukan nama diri dan berupa gabungan antara suku kata dengan suku kata atau
antara suku kata dengan awal kata dari deret kata, semuanya ditulis dengan
huruf kecil.
3. Pemakaian
Tanda Baca
Untuk mencapai kesempurnaan dalam
berbahasa, penggunaan bahasa harus berupaya memahami atau penggunaan tanda baca
seperti yang terdapat dalam buku Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan untuk membantu memahami kaidah tanda baca, berikut
diformulasikan secara singkat kaidah yang dimaksud.
(1) Tanda
titik
(2) Tanda
titik tidak dipakai : Untuk memisahkan angka ribuan atau jutaan yang tidak
menunjukkan jumlah,
(3) Tanda koma dipakai : Diantara unsur-unsur dalam
suatu pameran
(4) Tanda titik koma dipakai : Memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis
(5) Tanda titik dua
(6) Tanda hubung
(7) Tanda pisah ditandai : Membatasi penyisipan
kata atau kalimat
(8) Tanda ellipsis ditandai : Menggambarkan
kalimat yang terputus-putus
(9) Tanda Tanya dipakai : Pada akhir kalimat
Tanya, dan menyatakan kesangsian sesuatu.
(10) Tanda seru dipakai : Sesudah ungkapan atau
pernyataan yang mengandung seruan atau perintah.
(11) Tanda kurung dipakai : Mengapit keterangan tambahan,
mengapit keterangan
(12) Tanda kurung siku dipakai : Mengapit
huruf,kata, atau kelompok kata
(13) Tanda garis miring dipakai : Pada penomoran
surat, alamat, dan masa tahuan yang terabgi dalam dua tahun takwin dan sebagai
pengganti kata atau, tiap.
(14) Tanda petik tunggal dipakai : Mengapit petikan
dalam petikan lain.
BAB
III
PEMILIHAN
DAN PENGGUNAAN KATA
1. Kaidah
Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata
mengacu kepada persyaratan ketetapan pemilihan kata sebagai lambang objek
pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
1.1 Kata yang Denotatif dan kata yang Konotatif
Kata
Denotatif berhubungan dengan konsep
denotasi dan kata yang konotatif berhubungan dengan konsep konotasi. Denotasi
adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata, sedangkan nilai rasa atau
gambaran tambahan yang ada disamping denotasi disebut konotasi. Kata yang
konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa
tertentu pengguna bahasa sangkutan.
Contoh :
(1) Tokoh itu dilayani gadis-gadis cantik.
(2) Tokoh itu dilayani darah-darah cantik.
(3) Tokoh itu dilayani darah-darah cantik.
1.2 Kata yang Bersinonim dan kata yang Berhomonim
Sinonim
ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain, kata dalam
satu bentuk yang sama ejaannya dan lafalannya, tetapi memiliki makna yang
berbeda disebut homonim.
Disamping
homonim, ada pula yang disebut homofon dan homograf. Homograf ialah kata-kata
yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya, Kata bank dan bank,
sangsi, dan sanksi. Homograf ialah kata-kata yang sama ejaannya,
tetapi berbeda lafalnya, misalnya, kata teras (dengan e pepet) bermakna
bagian atau bagian utama.
Contoh : Tumpah-ruah penonton pertandingan bola kaki itu.
(penonton
tidak dapat diganti pemirsa)
1.3 Kata Umum dan Kata Khusus
Kata-kata
umum termasuk kata yang mempunyai kata luas, sedangkan kata-kata khusus
mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik.
Contoh : Kata Umum Kata Khusus
Pemimpin direktur
1.4 Kata Populer dan Kata Kajian
Kata
popular adalah kata yang popular atau terkenal dikalangan masyarakat atau
kata-kata yang banyak digunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi.
sebaliknya, kata kajian ialah kata-kata yang digunakan secara terbatas
pada kesempatan-kesempatan tertentu berupa kata-kata atau istilah yang digunakan
oleh golongan ilmuan dalam pembicaraan tulisan-tulisan ilmiah.
Contoh : Kata Populer Kata
kajian
Tahap stadium
1.5 Kata Baku dan Kata Tidak Baku
Kata
baku yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar dalam penggunaannya.
Sebaliknya, kata-kata tidak baku yaitu kata-kata yang belum berterima secara
resmi atau kata yang tidak menuruti kaidah-kaudah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia.
Contoh : Kata Baku Kata
Tidak Baku
Perbaiki bikin baik
1.6 Kata
Mubazir
Kata
mubazir adalah kata-kata yang bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya yang
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi
berlebih-lebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain pada pemakaian kata-kata
sejak dan dari, demi, dan untuk, agar, dan supaya
sebab, dan karena, amat sangat dan sekali.
Contoh : *Sejak dari kecil dia
sudah dibiasakan bersikap jujur. Seharusnya
*Sejak kecil dia sudah dibiasakan bersikap
jujur.
1.7 Kata Mirip
Kata
mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi bentuknya atau kata-kata
yang rasanya mirip dari segi maknanya. Kata-kata sedang dan sedangkan,
suatu dan sesuatu, sekali-kali dan sekali-kali
termasuk kata yang memiliki kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti masing-masing
dan tiap-tiap, jam dan pukul, dari dan dari pada
termasuk kata yang mempunyai kemiripan makna.
Contoh : *Tinggallah dulu disini,
saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu. seharusnya, tinggallah dahulu
disini, saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu.
BAB
IV
PEMBENTUKAN
DAN PERLUASAN KALIMAT
1. Pengertian
Kalimat
Kalimat sebagai suatu bahasa yang
lebih besar daripada kata atau frasa umumnya muncul dalam tulisan atau
pembicaraan berupa rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang secara
relatif dapat berdiri sendiri, dan intonasinya menunjukkan batas antara
sesamanya, itulah yang disebut kalimat.
Ciri-ciri kalimat sebagai berikut :
1) Dari
segi makna, sebuah kalimat harus mengandung pikiran yang utuh, sedangkan dari
segi struktur, kalimat sekurang-kurangnya menganduk unsure subjek dan predikat
2) Unsur-unsur
berupa subjek predikat posisinya dapat dipertukarkan menjadi predikat subjek :
3) Subjek
dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan apa/siapa, sedangkan predikat
dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana/mengapa.
2. Bagian-bagian
Kalimat
Bagian inti yang harus terdapat pada
kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P). Subjek kalimat berfungsi sebagai
inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penjelasan terhadap
subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O) atau keterangan (K).
2.1 Subjek
dan Predikat
Hubungan antara subjek dan
predikat dalam kalimat turut menentukan isi pikira yang dimaksud sebagai (S)
dan predikat (P) kalimat. Tanpa adanya subjek, pokok pembicaraan dalam setiap
kalimatb menjadi tidak jelas.
2.2 Objek
dan Keterangan
Objek dan keterangan adalah
dua bagian kalimat yang sering muncul dalam kalimat untuk melengkapi predikat.
Hubungan antar objek (O) dan predikat (P) ternyata lebih erat daripada hubungan
antara keterngan (K) dan predikat
3. Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya menyatakan satu pokok pembicaraan yang dinyatakan pada subjek (S)
kalimat. Pola umum kalimat tunggal tersebut juga sederhana, yaitu S/P, S/P/O,
S/P/K, S/P/O/K, yang dapat di ubah menjadi variasi tertentu melalui pertukaran
bagian-bagiannya.
4. Kalimat
Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah
kalimat majemuk yang terbentuk dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang
setara kedudukannya dan menyatakan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara
berturut-turut atau dalam waktu bersamaan. Penggabungan kalimat-kalimat tunggal
menjadi kalimat majemuk dapat menunjukkan hubungan yang sejajar, bertentangan
atau berupa pilihan.
5 Kalimat
Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat majemuk yang terbentuk dari sebuah kalimat tunggal yang salah satu
bagiannya mengalami perluasan atau penggantian dengan kalimat lain. Hubungan
antara kalimat dengan anak kalimatnya bersifat subordinatif. Penggunaan kata
sambung tertentu sebagai subordinatif dalam perluasan kalimat tunggal menentukan
hubungan induk kalimat dengan anak kalimatnya.
5.1 Perluasan
kalimat melalui hubungan waktu dengan menggunakan kata sambung ketika, setelah,
sewaktu, selama, sementara.
5.2 Perluasan
kalimat melalui hubungan syarat dengan menggunakan kata-kata sambung jika,
kalau, jkalau, asal (kan), bila, manakala.
5.3 Perluasan
kalimat melalui hubungan pengandaian dengan menggunakan kata sambung seandainya
dan sekiranya
5.4 Perluasan
kalimat melalui hubungan tujuan dengan menggunakan kata sambung agar dan supaya.
5.5 Perluasan
kalimat melalui hubungan perlawanan (konsesif) dengan menggunakan kata sambung meskipun,
walaupun, sunguhpun, dan biarpun.
5.6 Perluasan
kalimat melalui hubungan pemiripan atau perbandingan dengan menggunakan kata
sambung seperti, laksana dan sebagaimana.
5.7 Perluasan
kalimat melalui hubungan sebab dengan menggunakan kata sambung sebab dan
karena.
5.8 Perluasan
kalimat melalui hubungan akibat dengan menggunakan kata sambung hingga, sehingga,
dan sampai.
5.9 Perluasan
kalimat melalui hubungan penjelasan atau penegasan dengan menggunakan kata
sambung bahwa.
5.10 Perluasan
kalimat melalui hubungan cara atau alat dengan menggunakan kata sambung dengan
BAB
V
KALIMAT
EFEKTIF
1. Kepaduan
Bagian Kalimat
Kata-kata yang dipakai untuk membentuk
kalimat harus ditempatkan pada posisi yang tepat dalam struktur kalimat agar
jelas fungsinya masing-masing.
Ada yang berfungsi sebagai subjek,
ada yang berfungsi sebagai predikat, ada juga yang berfungsi sebagai objek dan
keterangan. Subjek, predikat, objek, dan keterangan masing-masing sebagai
bagian kalimat saling berhubungan secara fungsional.
2. Kelogisan
Makna kalimat dapat dipahami oleh
pembaca dengan baik jika hubungan antara beberapa bagian kalimat cukup logis.
Hubungan yang logis diantara
bagian-bagian kalimat turut menentukan kadar keefektifan sebuah kalimat.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam pembentukan kalimat yang logis, yaitu :
1) Pemahaman
makna kata secara cermat, dan
2) Penempatan
kata secara tepat dalam struktur kalaimat.
3. Pemusatan
Perhatian
Penonjolan atau pemusatan perhatian
pada bagian-bagian tertentu dalam suatu kalimat dapat dilakukan dengan awal
kalimat berbagai cara tanpa mengubah makna kalimat secara keseluruhan.
3.1 Penempatan
bagian yang ditonjolkan pada posisi
3.2 Pengulangan
Kata
3.3 Penggunaan
Partikel
4. Kehematan
Penggunaan Kata
Penggunaan kata dalam kalimat harus
selektif. Penulisan harus mampu menggunakan kata secara hemat agar pikiran yang
diungkapkan dalam kalimat cepat di pahami maksudnya. Keborosan penggunaan kata
dalam kalimat akan menciptakan kalimat yang kaku, sedangkan kehematan pemakaian
kata akan menciptakan kalimat yang dinamis.
BAB
VI
PEMBENTUKAN
PARAGRAF
1. Pengertian
Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan
pikiran yang lebih luas daripada kalimat. Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang
bertalian dalam suatu rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama.
2. Tujuan
Pembentukan Paragraf
Ada dua tujuan utama pembentukan
paragraph. Pertama, pembentukan paragraph bertujuan memudahkan pengertian
dan pemahaman dengan memisahkan pikiran utama bertujuan memudahkan pengertian
dan pemahaman dengan memisahkan pikiran utama yang satu pikiran utama yang lain.
3. Jenis-jenis
Paragraf
3.1 Paragraf
Pembuka
Paragraf pembuka atau paragraf
pendahuluan berfungsi sebagai pengantar atau pembuka tulisan untuk sampai
kepada masalah yang akan diuraikan.
3.2 Paragraf
Penghubung
Paragraf penghubung ialah
semua paragraph yang terletak antara paragraph pembuka dan yang terakhir sekali
(paragraph penutup).
3.3 Paragraf
Penutup
Paragraf penutup adalah
paragraf yang terdapat pada akhir tulisan atau yang mengakhiri sebuah tulisan.
4. Tanda
Paragraf
Tanda sebuah paragraf dapat dilihat pada permulaan baris yang agak
menjorok kedalam kira-kira lima ketukan dari batas tulisan sebelah kiri.
Penandaan paragraf dapat juga dilakukan dengan cara memberikan jarak yang agak
renggang dari paragraf sebelumnya dan sesudahnya.
5. Kalimat
Utama dan Kalimat Penjelas
Sebuah paragraf dibangun oleh
beberapa kalimat yang saling berhubungan dan hanya boleh mengandung satu
pikiran utama yang dijelaskan oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama
dituangkan dalam kalimat utama dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian
dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas.
6. Keterkaitan
kalimat
Keutuhan paragraf harus diajang
dengan perusaha supaya semua kalimat dalam paragraf hanya menjelaskan satu
pikiran jelas. Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf saling terkait. Tidak
boleh ada satupun kalimat yang menyimpang dari hal yang sedang dijelaskan.
7. Syarat-syarat
Pembentukan Paragraf
7.1 Kesatuan
Pikiran
Kalimat-kalimat dalam satu
paragraf harus menggambarkan pikiran yang saling berhubungan dan menunjukan
ikatan untuk mendukung satu pikiran sebagai pikiran utama.
7.2 Koherensi
atau Kepaduan
Syarat kedua yang harus
dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah bahwa paragraf itu harus mengandung
koherensi atau kepaduan. Kepaduan itu terjadi apabila hubungan timbale balik antara
kalimat-kalimat yang membina paragraf itu baik.
7.2.1 Koherensi atau Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh
sebuah paragraf ialah bahwa paragraf itu harus mengandung koherensi atau
kepaduan.
7.2.2 Penggunaan Kata Ganti
Kata ganti adalah kata-kata yang mengacu
kepada manusia atau benda. Untuk menghindari kebosanan, kata-kata yang mengacu
kepada manusia atau benda itu diganti dengan kata ganti.
7.2.3 Penggunaan Kata Transisi
Kata transisi adalah kata atau frasa yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain untuk menjaga kepaduan
paragraf. Sifat hubungan antar kalimat akan menentukan pilihan kata/frasa
transisi yang dipakai dalam paragraf.
BAB
VII
TEKNIK
PENGEMBANGAN PARAGRAF
1. Cara
Penempatan Pikiran Utama
1.1 Pikiran
utama pada posisi awal paragraf
1.2 Pikiran
utama pada akhir paragraf
1.3 Pikiran
utama pada awal dan akhir paragraf
1.4 Paragraf
dengan pikiran utama tersirat
2. Pengurutan
Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Urutan kalimat dalam paragraf dapat
disusun menurut urutan logis, urutan kronologis, dan urutan klimaks atau
antiklimaks.
2.1 Urutan
logis ialah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal-hal yang umum, kemudian ke
hal-hal yang khusus atau sebaliknya.
2.2 Urutan
Kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu.
2.3 Urutan
Klimaks dan Antiklimaks yaitu paragraf dimulai dengan pernyataan paling penting
atau paling menonjol, kemudian menyusul pernyataan-pernyataan lain yang kadar kepentingannya makin kurang.
3. Pengembangan
Paragraf
Ada beberapa pola pengembangan
paragraf, antara lain :
4.1 Pengembanagan
dengan hal-hal khusus
4.2 Pengembangan
dengan alasan-alsan
4.3 Pengembangan dengan perbandingan
4.4 Pengembangan
dengan contoh-contoh
4.5 Pengembangan
dengan defenisi luas
4.6 Pengembangan
dengan campuran
BAB
VIII
PENGENALAN
KARYA ILMIAH
1. Fakta
dan Penilaian
Fakta adalah apa yang ada, yang
dapat dilihat, disaksikan atau dirasakan. Sesuatu perbuata yang dilakukan atau
sesuatu peristiwa yang terjadi adalah fakta. Adapun penilaian menyatakan
simpulan, pertimbangan, pendapat, atau keyakinan seseorang tentang fakta itu.
2. Evidensi
dan Penilaian
Dalam suatu kejadian terdapat
bermacam-macam fakta. Apabila fakta-fakta yang ada itu dihubungkan satu sama
lain dengan metode tertentu, dalam usaha untuk membuktikan adanya sesuatu,
disebut evidensi. Cara menguji fakta melalui ;
2.1 Observasi
Fakta-fakta yang ada belum
tentu benar adanya. Oleh karena itu, penulis perlu melakukan observasi langsung
di lapangan untuk mengecek kebenaran data atau fakta.
2.2 Kesaksian
Fakta yang ada itu tidak
selalu harus dilakukan observasi. Kadang-kadang data yang ada sulit untuk di
observasi. Untuk mengatasi hal itu, penulis dapat
4.2 Skripsi,
Tesis, Disertasi
Mahasiswa dalam
menyelesaikan studi dituntut membuat karya ilmiah. Bagi mahasiswa S1 dituntut
membuat skripsi, bagi mahasiswa S2 dituntut membuat tesis dan bagi mahasiswa S3
dituntut membuat disertasi. Ketiga karya ilmiah tarsebut mempunyai cirri
tersendiri. Disertai lebih luas dan mendalam ruang lingkup dan kajiannya
dibandingkan skripsi. Masalah yang dikaji skripsi cenderung pada
masalah-masalah yang bersifat penerapan ilmu, sedangkan tesis dan disertasi
harus cenderung ke arah pengembangan ilmu. Identifikasi masalah untuk skripsi
bila diambil dari Koran, majalah, buku, jurnal, laporan, penelitian, keadaan
lapangan, sedangkan untuk tesis terlebih lagi disertasi, identifikasi masalah
perlu didasarkan atas teori-teori yang berasal dari sejumlah hipotesis yang
telah teruji.
BAB
IX
KOMPOSISI
KARYA ILMIAH (SKRIPSI)
1. Bagian
Isi/ Inti Skripsi
Bagian inti skripsi terdiri atas
bab-bab.
1.1 Pendahuluan
1.2 Tinjauan
Pustaka
1.3 Metode
Penelitian
1.4 Pembahasan
(Hasil Penelitian)
1.5 Penutup
2. Bagian
Pelengkap Penutup
Pada bagian akhir dapat juga
disertakan daftar larat jika terdapat kesalahan penulisan pada bagian tertentu
yang tidak sempat diperbaiki secara langsung pada masing-masing halaman
sebelumnya. Unsur-unsur yang tercakup pada bagian pelengkap ini akan dijelaskan
secara singkat pada uraian berikut.
2.1 Daftar
pustaka
Setiap karya ilmiah selalu
dilengkapi dengan daftar pustaka yaitu sebuah daftar yang memuat secara lengkap
sumber tertulis berupa buku-buku, majalah-majalah, jurnal-jurnal, surat-surat
kabar, dan bahan-bahan lain yang menjadi rujukan dalam penulisan karya ilmiah
(skripsi).
2.2 Lampiran
Ada sejumlah bahan
informasi yang kadang-kadang perlu disertakan dalam skripsi, tetapi tidak perlu
dinyatakan dalam uraian teks.
2.3 Indeks
Indeks adalah salah satu
bagian pelengkap penutup karya ilmiah (skripsi) yang memuat daftar nama atau
istilah digunakan dalam uraian pada bab dan halaman sebelumnya.
2.4 Daftar
Ralat
Penulisan skripsi
memerlukan kecermatan agar informasi yang disampaikan penulisnya dapat dipahami
dengan tepat oleh pembaca,
BAB
X
PERENCANAAN
KARYA TULIS ILMIAH
(PERUMUSAN
TOPIK DAN JUDUL)
1. Topik
Karangan
Bila penulis mengalami kesukaran dalam
menemukan topik pembicaraan untuk dijadikan bahan dalam penulisan maka
petunjuk-petunjuk dibawah ini dapat membantu.
1. Selalu
berusaha menambah pengalaman dengan banyak melihat, mendengar,membaca, dan
mengalami sendiri berbagai peristiwa.
2. Rajin
mengamat-ngamati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau membaca buku-buku
yang merupakan hasil pengamatan dan penelitian orang lain.
3. Selalu
mengembangkan imajinasi dan kreatifitas diri
4. Sering
mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat dan mempertahankannya dengan
argumentasi dan contoh yang baik dan tepat, serta memperluas cakrawala berpikir.
1.1 Memilih
topik
1.2 Pembatasan
Topik
2. Judul
Karangan
Judul karangan sering di kacaukan
dengan pengertian topik atau pokok pembicaraan. Judul karangan ilmiah harus
dipikirkan secara sungguh-sungguh dengan memperhatikan persyaratan antara lain
:
a. Judul
harus relevan : artinya judul yang baik harus mempunyau pertalian dengan topik,
isi, dan jangkauan pembahasannya.
b. Judul
harus provokatif Judul harus singkat : artinya judul harus dirumuskan
sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi
karangan itu.
c. Judul
harus singkat : artinya judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa
yang panjang, melainkan harus mengambil frasa atau kata.
d. Judul
harus sejelas mungkin : maksudnya judul tidak boleh dinyatakan dalam
kata khiasan dan tidak mengandung ganda.
e. Judul
harus dibatasi sedemikian rupa agar terdapat kesesuaian dengan isi karangan
baik kesesuaian dari segi sifat atau sudut pandang.
f. Judul
karangan hendaknya menunjukkan kepada pembaca hakikat pokok persoalan yang
dikemukakan dalam karangan.
BAB
XI
PERENCANAAN
KARYA TULIS ILMIAH
(LATAR
BELAKANG, IDENTIFIKASI, BATASAN, DAN
PERUMUSAN
MASALAH, TUJUAN DAN METODE
PENULISA)
1. Latar
Belakang Masalah
Pada
latar belakang masalah dikemukakan masalah penalaran pentingnya pembahasan
masalah atau alasan yang mendorong penulis untuk memilih topik yang dibahas. Melalui
latar belakang masalah pembaca merasa yakin bahwa masalah yang akan dibahas
tersebut memang perlu untuk dibahas. Disamping itu, masalah tersebut menarik
untuk ditulis.
2. Identifikasi
Masalah
Berkaitan dengan objek yang akan
dikaji terdapat beberapa masalah yang menarik untuk dibahas. Masalah-masalah
yang menarik tersebut diidentifikasi.
Contoh :
1. Adanya
kata atau istilah baru yang muncul sebagai akibat perkembangan situasi nasional
2. Bentuk
analogi yang begitu cepat terisolasi dalam masyarakan
3. Adanya
beberapa bentuk kata sesuatu analogi yang produktif, di samping yang kurang
produktif.
3. Batasan
Masalah
Pada batasan masalah penulis
menjelaskan bahwa dari sejumlah masalah yang telah diidentifikasi tidak
seluruhnya akan dibahas. Agar masalah yang dibahas mencapai sasarannya maka
masalah tersebut perlu dibatasi sebagai fokus pengkajian.Disamping itu,
dijelaskan juga bahwa keterbatasan waktu dan dana mengharuskan masalah
dibatasi.
Contoh :
Oleh karena masalah analogi
merupakan masalah yang sangat luas, maka berdasarkan identifikasi masalah
dibatasi pada adanya kata atau istilah yang baru muncul sebagai akibat
perkembangan situasi nasional beberapa tahun terakhir.
4. Rumusan
Masalah
Masalah yang sudah dibatasi
dikembangkan dalam bentuk pertanyaan yang terarah. Kata Tanya yang dapat
dipakai adalah : apa, mengapa, bagaimana, siapa, kapan, dimana, dan seterusnya.
Persamaan masalah pokok yang akan dibahas dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
yang jelas dan aksplisit.
Contoh :
Agar masalah yang akan dibahas
dapat terarah maka masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1) Bagaimana
proses pembentukan kata baru secara analogi dalam bahasa Indonesia ?
2) Bagaimana
produktivitas bentuk-bentuk analogi tersebut ?
5. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rurmusan masalah maka
dijelaskan secara terinci tujuan yang hendak dicapai. Tujuan penulisan dapat
menjelaskan, mendeskripsikan, menunjukkan cara/hubungan terhadap masalah yang
talah dirumuska sebelumnya.
Contoh :
Tulisan ini bertujuan memecahkan
masalah yang telah dikemukakan sebelumnya.
1) Untuk
mendekskripsikan proses terbentuknya kata/istilah baru dalam bahasa Indonesia.
2) Untuk
menunjukkan produktivitas bentuk-bentuk analogis dalam bahasa Indonesia.
6. Metode
Penilaian
Pada
bagian ini dijelaskan tentang metode yang digunakan, baik metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data, penyajian data maupun analisis data. Pengumpulan data
dapat dilakukan melalui penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Analisis
data dapat menggunakan metode deskripsi, komporatif, eksperimental, dan
sebagainya.
BAB
XII
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Sumber
Bahan Penulisan
Bahan penulisan ialah semua
informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan.
Sebagian besar bahan penulisan
dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu inferensi dan pengalaman.
Inferensi ialah simpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengamatan.
Inferensi itu kemudian akan menjadi bagian dari pengalaman dan mungkin menjadi
dasar penarikan inferensi baru. Pengalaman ialah semua pengetahuan yang
diperoleh melalui persepsi indrawi. Pengalaman itu mungkin bersumber pada
pengamatan yang langsung, atau dari bacaan, atau studi kepustakaan.
Inferensi dapat diproses melalui
cara analisis atau sintesis. Analisis ialah proses penguraian ke
dalam bagian-bagiannya. Sintesis ialah proses penggabungan kembali
bagian-bagian yang terpisah ke dalam suatu kebulatan baru.
Terdapat tiga golongan buku atau
bahan bacaan sebagai sumber informasi yang diperlukan dalam suatu karya tulis
ilmiah dalam hubungannya dengan tinjauan pustaka.
Pertama : buku-buku atau bahan bacaan yang memberikan
gambaran umum mengenai persoalan yang akan ditulis.
Kedua : buku-buku atau bahan bacaan yang harus
dibaca secara mendalam dan cermat karena bahan-bahan yang diperlukan untuk
karya tulis itu terdapat di situ. Dari bahan semacam inilah pengarang/penulis
harus membuat kutipan-kutipan yang diperlukan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah dalam bentuk :
1) Kutipan ; jika disalin kata-kata dari buku/bacaan
tepat seperti aslinya.
2) Parafrase ; jika
mengungkapkan kembali maksud penulis dengan kata-kata sendiri.
3) Ringkasan
(rangkuman) ; jika menyarikan apa yang dibaca.
Ketiga : bahan bacaan tambahan yang menyediakan
informasi untuk mengisiyang masih kurang dan dapat melengkapi karya tulis
tersebut.
2. Menetapkan
Landasan Teori
Langkah-langkah
dalam menetapkan landasan teori adalah :
Pertama : Penulis harus paham benar tentang masalah yang
telah di rumuskan.
Kedua : Menetapkan teori-teori yang dapat memayungi
masalah yang telah dirumuskan itu. Untuk memperoleh teori, penulis harus
bekerja keras membaca sejumlah buku, jurnal, dan bahan bacaan lainnya yang
relevan dengan masalah yang ditulis.
Ketiga : Apabila teori sudah dapat ditetapkan maka
masalah yang telah dirumuskan dapat dijawab dengan berpedoman pada teori
tersebut.
3. Membuat
Hipotesis
Hipotesis
adalah dugaan atau jawaban atau simpulan yang sifatnya sementara. Dugaan itu
dari simpulan kerangka pemikiran yang terinci menurut urutan-urutan yang sesuai
dengan urutan masalah yang telah dirumuskan.Jadi, hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
Simpulan (sementara) dari
hipotesis itu tidak dibuat semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan yang
diperoleh dari :
(1) hasil-hasil
serta problematika yang timbul dari penelitian-penelitian terdahulu
(2) renungan-renungan
atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang logis ;
(3) hasil-hasil
penelitian eksploratif yang dilakukan , dan sebagainya.
Ada perbedaan antara hipotesis
dengan teori. Hipotesis merupakan pemecahan masalah yang telah dirumuskan, sedangkan
teori merupakan pemecahan atau jawaban terakhir yang diperoleh setelah
pengujian hipotesis itu dapat dikenal sebagai berikut :
(1) Setiap
hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap masalah yang akan diteliti ;
(2) Setiap
hipotesis harus dapat diuji tersendiri untuk menetapkan hipotesis yang paling
sesuai dengan segala macam bukti yang dapat dikumpulkan.
Menurut bentuknya hipotesis dapat
dibedakan antara hipotesis kerja (H-1) dan hipotesis nol (H-0) atau hipotesis
statistik. Dalam penelitian nasional, seperti bidang ilmu kebahasan biasanya
dipakai hipotesis kerja (H-1). Hipotesis kerja biasanya dirumuskan dalam bentuk
proposisi : jika X, maka Y. Dengan menggunakan proposisi ini akan lebih mudah
untuk menentukan jenis-jenis variabelnya, mana yang bebas (independen variable)
dan mana yang terikat (dependen variable). Bentuk proposisi ini memberikan
suatu kejelasan, situasi maka akibatnya tertentu yang dapat juga diduga akan
timbul.
Contoh : Jika interaksi antara dua
individu atau lebih meningkat (X), maka tingkat keakraban mereka akan meningkat
juga secara timbal balik (Y).
BAB
XIII
PENGUTIPAN
DAN CATATAN KAKI
1. Jenis
Kutipan
Menurut jenisnya kutipan dapat
dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Perbedaan kedua
jenis kutipan ini harus diperhatikan karena akan membawa konsekwensi yang
berlainan bila dimasukkan kedalam tulisan.
1.1 Kutipan
Langsung
Kutipan langsung adalah
kutipan yang diambil secara lengkap kata demi kata, kalimat sesuai dengan teks
aslinya. Kedua bentuk kutipan ini masing-masing mengikuti tata cara pengutipan
yang berbeda. Perbedaannya dapat dilihat berikut ini :
(a) Kutipan
langsung yang kurang dari empat baris ketikan
(b) Kutipan langsung yang lebih dari empat
baris ketikan
1.2 Kutipan
Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung
biasa juga disebut kutipan isi. Kutipan ini merupakan pinjaman pendapat dari
seorang pengarang atau penulis inti sari atau iktisart. Dalam kutipan tidak
langsung penulis tidak mengutip secara keseluruhan kata dan kalimat yang
terdapat dalam teks aslinya. Penulis hanya mengambil inti atau sari dari teks
tersebut. Oleh karna itu, kutipan tidak langsung tidak perlu menggunakan tanda
kutip.
1. Kutipan
itu diintefrasikan langsung dengan teks,
2. Jarak
antara baris dengan baris sama dengan jarak uraian dalam teks.
3. Kutipan
tidak diapit oleh tanda kutip,
4. Sesudah
kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor
urut pertunjukan setengah spasi ke atas.
2. Catatan
Kaki
Catatan kaki adalah keterngan-keterangan
terhadap teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan. Catatan
kaki dipakai untuk menunjukkan sumber tempat terdapatnya kutipan dan untuk
member keterangan-keterangan lain terhadap teks karangan. Oleh sebab itu,
catatan kaki mempunyai hubungan yang erat dengan teks karangan. Hubungan antara
catatan kaki dengan teks karangan biasanya dinyatakan dengan menggunakan nomor
urut penunjukan atau tanda asterisk (*), baik yang terdapat pada teks karangan
maupun yang terdapat pada catatan kaki.
2.1 Prinsip
Membuat Catatan Kaki
1) Hubungan
catatan kaki teks
Hubungan catatan kaki dan teks harus
dinyatakan secara jelas oleh nomor penunjuk, baik dalam teks maupun dalam
catatan kaki.
2) Nomor
Urut Penunjukan
Pemberian nomor urut penunjukan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, nomor urut penunjukan yang berlaku
untuk tiap bab ; dan kedua, nomor urut penunjukan yang berlaku untuk seluruh
karangan.
2.2 Teknik
Penyusunan Catatan Kaki
Penyusunan catatan kaki
memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu yaitu :
1. Jarak
antara baris terakhir dari catatan kaki dengan margin bawah 3 cm,
2. Sesuadah
baris terakhir dati teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis
pembatas antara teks uraian dengan catatan kaki mulai margin kiri sepanjang 15
ketukan,
3. Dalam
jarak 2 spasi dari pembatas, diketik nomor urut penunjukan dengan jarak 5-7
ketukan dari margin kiri,
4. Sesudah
nomor urut penunjukan, dalam jarak setengah spasi ke bawah mulai diketik baris
pertama catatan kaki.
5. Jarak
antara baris pada catatan kaki menggunakan spasi rapat, sedangkan jarak antara
catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) dua spasi,
6. Baris
kedua pada catatan kaki selalu dimulai margin kiri.
BAB
XIV
RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA
1. Rujukan
Rujukan adalah sumber tempat
pengambilan kutipan yang ditempatkan didepan atau dibelakang kutipan.
Unsure-unsur rujukan mencakup nama pengarang, tahun terbit dan halaman yang
dikutip melalui dua cara. Pertama, sebelum kutipan dengan menuliskan unsur nama
(pendek) pengarang, tahun dan halaman yang ditempatkan dalam tanda kurung,
misalnya parera (1990 : 168). Kedua, ditempatkan sesudah kutipan dengan
menuliskan unsure nama (pendek) pengarang, tahun, dan halaman semuanya dalam
tanda kurung, misalnya (Parera, 1990 : 168).
2. Cara
penyajian Rujukan
Berikut ini disajikan secara
berturut-turut cara penyajian rujukan.
a. Nama
penulis yang bukunya dirujuk dalam uraian teks hanya disebutkan bagian akhirnya
saja (bila nama tersebut lebih dari satu suku kata)
b. Jika
terdapat dua penulis yang kebetulan mempunyai dua nama akhir sama dan menulis
pada tahun yang sama pula, membedakannya dibelakang tahun ditandai dengan huruf
abjad a, b, dan seterusnya.
c. Jika
penulusnya dua orang, kedua nama akhirnya dituliskan diantarai oleh kata dan.
d. Jika
penulis lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama yang
dicantumkan, yang lainnya diganti dengan singkatan dkk.
e. Jika
kutipan bersumber dari buku suntingan atau risalah, yang ditulis adalah nama
penulis asli bukan nama penyuntingnya.
3. Daftar
Pustaka
Cara menyusun daftar pustaka tidak
sergam bagi semua bahan referensi, bergantung pada sifat bahan referensi itu.
Cara menyusun untuk buku, berlainan dari majalah ; dan majalah agak berlainan
dengan harian ; demikian terhadap manuskrip yang belum diterbitkan, seperti
tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan, namun ada hal yang penting
selalu dicantumkan yaitu : nama pengarang, judul, dan data publikasi. Daftar
pustaka disusun menurut alfabetis dari nama pengarangnya.
Perbedaan penyusunan daftar pustaka
itu dapat dilihat dibawah ini :
1. Dengan
seorang pengarang
2. Buku
dengan dua atau tiga pengarang
3. Buku
dengan banyak pengarang (lebih dari tiga pengarang)
4. Buku
dengan edisi berikutnya mengalami perubahan
5. Buku
yang terdiri atas dua jilid atau lebih
6. Sebuah
edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
7. Sebuah buku terjemahan
8. Artikel
majalah
9. Artikel
bahan harian
10. Tesis
atau disertasi yang belum diterbitkan
0 komentar:
Posting Komentar